Saturday, 6 December 2025 Login Register
Kabar Utama Kabarmu Tak Berkategori

Majelis Tarjih PWM Sulsel Bahas Maraknya Perceraian dan Dampaknya terhadap Anak dalam Pengajian Fikih Keluarga Sakinah

MUHAMMADIYAHSULSEL.OR.ID, Makassar — Lonjakan angka perceraian di Indonesia beberapa tahun terakhir menjadi perhatian serius berbagai kalangan, termasuk Muhammadiyah. Fenomena ini tidak sekadar berimplikasi pada berakhirnya hubungan suami istri, tetapi juga menimbulkan dampak psikologis dan sosial yang mendalam terhadap tumbuh kembang anak. Menyikapi hal tersebut, Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan mengangkat tema “Fikih Keluarga Sakinah: Menyoal Maraknya Perceraian dan Dampaknya bagi Tumbuh Kembang Anak” dalam Pengajian Tarjih edisi Jumadil Ula 1447 H. Kegiatan ini diselenggarakan di Ruang Teater I-Gift Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar pada Sabtu, 8 November 2025.

Acara tersebut menghadirkan dua guru besar sebagai narasumber utama: Prof. Dr. Hj. Aisyah Kara, MA., Ph.D., pakar Ilmu Hadis dan Studi Gender dari UIN Alauddin Makassar, serta Prof. Dr. H. Khoiruddin Bashori, M.Si., Guru Besar Psikologi dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan total 230 peserta, terdiri atas 120 peserta luring dan 110 peserta daring melalui platform Zoom.

Dalam sambutannya, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Sulsel, Prof. KH. Zulfahmi Alwi, Ph.D., menegaskan bahwa peningkatan angka perceraian harus menjadi perhatian kolektif. Menurutnya, masalah ini bukan sekadar persoalan hukum keluarga, tetapi juga menyangkut kesejahteraan psikologis dan keadilan sosial di dalam rumah tangga.

“Tren perceraian nasional meningkat setiap tahun. Di Sulawesi Selatan saja, sepanjang 2024 tercatat sekitar 12.000 kasus. Karena itu, kami menganggap penting membahasnya secara menyeluruh. Melalui tema ‘Fikih Keluarga Sakinah’, Majelis Tarjih ingin mengajak masyarakat memandang perceraian tidak hanya sebagai keputusan hukum, melainkan juga dari aspek kemanusiaan dan dampaknya terhadap anak,” ujar Prof. Zulfahmi.

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Dr. KH. Abbas Baco Miro, Lc., MA., selaku Koordinator Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Sulsel. Dalam arahannya, ia menekankan pentingnya kesinambungan kegiatan seperti ini di semua tingkatan, mulai dari wilayah hingga daerah.

“Individu yang kuat akan melahirkan keluarga yang kokoh; keluarga yang kokoh membentuk masyarakat yang baik; dan masyarakat yang baik akan menciptakan tatanan alam yang harmonis,” tutur Abbas Baco Miro.

Dalam sesi pemaparan, Prof. Aisyah Kara menyoroti fenomena perceraian dari perspektif keadilan gender dengan pendekatan kontekstual terhadap teks keagamaan. Ia menegaskan bahwa Islam selalu mendorong penyelesaian yang penuh kebijaksanaan sebelum mengambil keputusan bercerai.

“Perceraian sebaiknya menjadi pilihan terakhir setelah upaya negosiasi dan musyawarah ditempuh. Dampaknya sangat besar bagi anak dan keluarga. Namun, jika perceraian memang tidak bisa dihindari, maka lakukanlah dengan cara yang ihsan, sesuai tuntunan Al-Qur’an,” jelasnya.

Sementara itu, Prof. Khoiruddin Bashori mengupas dimensi psikologis perceraian, terutama pengaruhnya terhadap perkembangan emosional anak. Ia menekankan bahwa perceraian tergolong dalam Adverse Childhood Experiences (ACE) — pengalaman masa kecil yang dapat meninggalkan trauma mendalam bila tidak ditangani dengan baik.

“Perceraian seringkali menimbulkan luka psikologis pada anak yang berimbas pada cara mereka berinteraksi dan memandang diri. Namun, masa depan anak tidak ditentukan oleh perceraian orang tuanya. Dengan pola asuh yang kooperatif dan dukungan lingkungan yang sehat, dampak buruknya bisa ditekan,” tegasnya.

Diskusi berlangsung hangat dan interaktif. Peserta, baik yang hadir langsung maupun secara daring, aktif berdialog dan mengajukan pertanyaan. Mereka berasal dari berbagai unsur, seperti Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) se-Sulawesi Selatan, serta mahasiswa Pendidikan Ulama Tarjih Unismuh Makassar yang antusias menggali hubungan antara agama, psikologi, dan perspektif gender dalam konteks keluarga modern.

Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Sulsel berharap pengajian ini dapat menjadi langkah awal bagi lahirnya rekomendasi dan panduan praktis terkait pembinaan keluarga sakinah. Hasil diskusi akan disusun sebagai bagian dari sosialisasi “Tuntunan Keluarga Sakinah”, yang diharapkan menjadi pedoman bagi masyarakat serta para mubaligh dan mubalighat dalam membangun keluarga yang tidak hanya sah secara hukum, tetapi juga sehat secara psikologis, adil secara sosial, dan selaras dengan nilai-nilai Islam berkemajuan.

Tag:

admin

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© PWM Sulwesi Selatan 2025 – Unggul Berkemajuan | Dikelola oleh Bagian Media dan Komunikasi